oleh

Forwida Sumsel Bersama UT Gelar Webinar

Palembang, jurnalsumatra.com – Menggali Potensi  Kearipan Lokal dan Penyelamatan Cagar Budaya Menuju Indonesia Maju Tahun 2045, Kamis (11/2/2021). Secara offline acara dilaksanakan di kampus UT Palembang.

Acara dibuka oleh Gubernur Sumsel H Herman Deru di Wakili Asisten I Bidang Pemerintahan & Kesejahteraan Rakyat, Drs. H. Edward Chandra, M.H . Selain itu sebelum acara dimulai dilakukan MoU antara UT Palembang dan Forwida. Acara dipandu oleh Dr L.R Retno Susanti Mhum

Menurut Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama Raden Muhammad (RM) Fauwaz Diradja SH MKn saat berbicara sebagai narasumber  melihat upaya merevitalisasi bangunan bersejarah yang berada di jantung pusat Kota Palembang itu bakal mampu mendongkrak (PAD), baik dari sektor kunjungan pariwisata, penjualan hasil cendera mata kebudayaan, kuliner. Termasuk meningkatkan kesejahteraan pecinta budaya di Palembang.

“Terlebih, sebagai akibat pelestarian warisan budaya di Palembang yang salah satunya BKB antara lain terbentuk karakter masyarakat yang baik dan berdaya guna serta mencintai dan melestarikan budaya, timbul rasa cinta tanah air dan bela negara, karena meyakini bahwa sebagai generasi sekarang harus meneruskan perjuangan leluhunya yang selalu berjuang dalam membela kepentingan negara. Serta terawatnya benda-benda peninggalan leluhur dan memahami arti peninggalan leluhur yang akan bermanfaat bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, dengan tetap melestarikan kearifan lokal,” kata SMB IV.

Selain BKB urai SMB IV yang kesehariannya berprofesi sebagai notaris ini, warisan budaya lainnya yang punya wujud fisik atau tangible antara lain Masjid Agung, Bukit Seguntang, Rumah Limas, Prasasti-prasasti seperti Talang Tuo, Telaga Batu Kedukan Bukit, Makam-Makam dan ukiran kayu Palembang.

“Sementara warisan budaya yang tidak berbentuk, non material atau intangible di antaranya Bahasa Palembang, syair, pembuatan songket, upacara tradisi, seni tari dan tulisan Arab Melayu. Warisan-warisan budaya ini juga perlu kita lestarikan, dengan menghidupkan budaya tulis dan baca Arab Melayu sebagai simbol Melayu Palembang, atau juga menjadikan Bahasa Palembang muatan lokal di Kota Palembang,” katanya.

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Dr Restu Gunawan Mhum mengatakan, kedepan perlu ada perubahan paradigma kebudayaan yaitu kebudayaan adalah investasi, kebudayaan  adalah kesenian dan kesenian bagian dari kebudayaan , kebudayaan adalah masa lalu, masa kini dan masa depan dan offensif menyerang.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

0 komentar

News Feed