oleh

Sejarah  Pulau Kemaro Harus di Luruskan

Palembang, jurnalsumatra.com – Sehubungan dengan rencana Pemerintah Kota (Pemkot)  Palembang yang akan menjadikan Pulau Kemaro sebagai destinasi wisata seperti Ancol yang konsepnya mencampurkan nilai Ke-Sriwijayaan, sejumlah organisasi kemasyarakatan, kebudayaan dan sejarah kota Palembang termasuk tokoh masyarakat dan tokoh pemuda kota Palembang menggelar diskusi “Pulau Kemaro, antara Sejarah versus Legenda”, Rabu (24/2/2021) di Istana  Adat Kesultanan Palembang, di Jalan Sultan Muhammad Mansyur No 776, 32 Ilir Palembang.

Turut hadir diantaranya Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV  Jaya Wikrama, RM Fauwaz Diraja SH Mkn didampingi sejumlah pangeran dari Kesultanan Palembang Darussalam, budayawan kota Palembang, Vebri Al Lintani, Wakil Ketua Komisi V DPRD Sumatera Selatan (Sumsel) , Mgs Syaiful Padli,  arkeolog dari Balai Arkeologi Sumsel Retno Purwati, Ketua Masyarakat Sejarawan  (MSI) Provinsi Sumsel Farida R Warga Dalem, Bang Japar Komda Sumsel  yang dipimpin Komandan Daerah Bang Japar  Komda Sumsel  Iskandar Sabani SE,SH , aktivis, Andreas OP, Beni Mulyadi, sejarawan Sumsel Kemas Ari Panji, Idham Rianom selaku Ketua Forum Palembang Bangkit, Ketua Forum Pariwisata dan Kebudayaan (Forwida) Provinsi Sumsel, Dr Ir Diah Kusuma Pertiwi MT, kalangan akademisi sejumlah perguruan tinggi di kota Palembang.

Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV  Jaya Wikrama, RM Fauwaz Diraja SH Mkn mengatakan, diskusi kali ini sejumlah komponen masyarakat Palembang dari berbagai disiplin ilmu , sejumlah organisasi kemasyarakatan, orang-orang dibidang kebudayaan dan sejarah, arkeolog,  ilmu hukum termasuk tokoh masyarakat dan tokoh pemuda kota  Palembang berkumpul disini dimana tujuannya  agar Palembang memiliki grand design yang baik  dalam penataan kota  yang sesuai dengan nilai-nilai  ke Palembangan.

Dalam diskusi ini juga pihaknya ingin meluruskan sejarah Pulau Kemaro karena dari sisi sejarah sudah jelas kalau Pulau Kemaro dahulunya adalah benteng pertahanan Kesultanan Palembang Darussalam dalam menghadapi invasi kolonial Belanda. “ Namun ada wacana ingin menjadikan Pulau Kemaro sebagai taman hiburan Sriwijaya agak ini melenceng dari  sejarah, karena kalau kita memaksakan ke Sriwijayaan itu tidak masuk dalam konsep di Pulau Kemaro, nilai-nilainya tidak ada sehingga , kalaupun dipaksakan, nilai partisipasi masyarakat akan berkurang dan mungkin akan terbengkalai seperti banyak sekal kebijakan-kebijakan  publik yang tidak tepat sasaran atau tidak sampai pada hasil outputnya,” katanya.

Karena itulah menurutnya pengembangan wisata di Pulau Kemaro harus disesuaikan dengan nilai-nilai kesejarahan dimana dulunya adalah benteng pertahanan Kesultanan Palembang Darussalam. “ Apakah sebaiknya pemerintah membuat  benteng pertahanan disana, membuat reflikanya  dan membuat cerita yang benar  mengenai sejarah, itu pasti menjadi nilai jual  yang baik, bagi  industri pariwisata, karena dengan adanya nilai kesejarahan  dan ada reflika , mereka , orang-orang bisa membayangkan kebesaran di masa lalu,” katanya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

News Feed