oleh

Harga jual biji kopi Rejang Lebong stabil

Rejang Lebong, jurnalsumatra.com – Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, menyebutkan harga jual biji kopi di daerah itu masih stabil.

Kepala Bidang Perkebunan Distankan Rejang Lebong, M Yusup saat dihubungi di Rejang Lebong, Minggu, mengatakan harga jual komoditas unggulan daerah tersebut tergantung dengan kualitas barang yang dihasilkan petani.

Alhamdulillah saat ini harga jual biji kopi di Kabupaten Rejang Lebong masih stabil. Untuk biji kopi kualitas asalan di beli pedagang penampung Rp17.000-18.000 per kg, kemudian untuk biji kopi petik merah berkisar antara Rp35.000-37.500 per kg,” kata dia.

Dia mengatakan, harga jual biji kopi di daerah itu cenderung bertahan sejak setahun terakhir. Harganya disesuaikan dengan kualitas yang dihasilkan petani.

“Kalau kopi kualitas asalan ini ialah kopi yang dipetik belum merah semuanya, sedangkan petik merah ini merupakan kopi kualitas bagus dan biasanya untuk mengisi permintaan kafe-kafe maupun kedai kopi modern,” katanya.

Ia menambahkan, kalangan petani di Rejang Lebong masih banyak yang memetik kopi secara asalan. Artinya yang merah dan masih hijau semuanya dipetik, alasannya jika tidak dipetik semua nantinya hilang diambil orang.

Sedangkan memetik kopi merah atau masak memang agak lama dan panennya tidak bisa sekaligus, karena harus menunggu biji kopi masak atau merah.

Sementara itu, Maspri (35), petani kopi di Kecamatan Selupu Rejang mengatakan, harga jual biji kopi kualitas asalan di tempat mereka masih bertahan di kisaran Rp16.000-17.000 per kilogram (kg), tergantung dengan kualitas kopi yang dihasilkan.

“Kalau harga karet saat ini sudah naik sampai Rp9.000 per kg untuk karet harian dan sawit Rp2.000 per kg, tetapi untuk biji kopi tetap bertahan tidak naik dan tidak turun. Kita maunya harga kopi ini juga naik seperti karet dan kopi,” ujarnya.

Seharusnya harga jual biji kopi di daerah itu, kata dia, juga ada penyesuaian karena harga jualnya stagnan sejak dua tahun belakangan, sebaliknya harga jual pupuk dan obat-obatan pertanian terus mengalami kenaikan sehingga penghasilan mereka tidak pernah bertambah.(anjas)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

News Feed